Nama
kelompok 3:ach choirul umam
Merta meriandani
Evi fatmawati
Sofia hanuna camellia
Nor faqawinni
Sman 3 sampang
KATA
PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya
sehinggaberhasil menyelesaikan laporan ini. Laporan ini berisikan tentang
” korosi pada paku ”. Di harapkanlaporan ini dapat memberikan
informasi kepada kita semua tentang ” korosi pada paku
“.
Saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan,oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata,saya sampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir.Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita.Amin.
Sampang,26 oktober 2015
Penyusun:
Kelompok 3
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR..........................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang...............................................................................
B. Tujuan praktikum..............................................................................................
C. Manfaat praktikum ...........................................................................................
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
A. Pengertian
besi dan korosi..........................................................
B. Penyebab
korosi dan pengendalian korosi..............................
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Korosi………………
BAB III PROSEDUL
PRAKTIKUM
A. Alat
dan bahan...............................................................................
B. Langka
kerja...................................................................................
C. Waktu
pengamatan.......................................................................
BAB IV HASIL DAN
PEMBAHASAN
A. Hasil.................................................................................................
B. Pembahasan .................................................................................
BAB V MENJAWAB
PERTANYAAN............................................................
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................
B. Saran..........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dalam bahasa sehari-hari
korosi dikenal dengan perkaratan yakni sesuatu yang hampir dianggap sebagai
musuh umum masyarakat. Karat adalah sebutan bagi korosi pada besi, padahal
korosi merupakan gejala destruktif yang mempengaruhi hampir semua logam. Besi
adalah salah satu dari banyak jenis logam yang mengalami korosi, tidak perrlu diingkari
bahwa logam itu paling awal menimbulkan korosi serius. Karena itu tidak
mengherankan bila istilah korosi dan karat hampir dianggap sama. Korosi dikenal
merugikan karena bersifat merusak logam dan membahayakan. Oleh karena itu,
dengan pentingnya mempelajari pencegahan korosi percobaan kali ini difokuskan
oleh masalah tersebut dan akan dipaparkan logam-logam apa sajakah yangdapat
menghambat terjadinya korosi.
.
B. Tujuan
Praktikum
Praktikum ini bertujuan
untuk :
1. Untuk mengetahui
paku
pada aqua gelas manakah yang menjadi berkarat.
2. Faktor-faktor
apa saja yang menyebabkan besiberkarat.
3. Cara pencegahan korosi pada
besi.
A. Manfaat
Dengan dilakukannya penelitian ini, maka diharapakan akan diperoleh manfaat sebagai berikut :
Dengan dilakukannya penelitian ini, maka diharapakan akan diperoleh manfaat sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui sifat dari berbagai bahan terhadap besi.
2. Dapat menambah informasi mengenai korosi (karat).
3. Dapat melatih siswa agar terampil dalam melakukan
kegiatan praktikum.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Besi
dan Korosi
1. Besi
Besi adalah logam yang
berasal dari bijih besi (tambang) yang banyak digunakan untuk kehidupan manusia
sehari-hari dari yang bermanfaat sampai dengan yang merusakkan. Dalam tabel
periodik, besi mempunyai simbol Fe dan nomor atom 26. Besi juga mempunyai nilai
ekonomis yang tinggi.
Besi adalah logam yang paling banyak dan paling beragam penggunaannya
Besi adalah logam yang paling banyak dan paling beragam penggunaannya
Hal itu karena beberapa
hal, diantaranya:
• Kelimpahan besi di kulit bumi cukup besar,
• Pengolahannya relatif mudah dan murah, dan
• Besi mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan dan mudah dimodifikasi.
Salah satu kelemahan besi adalah mudah mengalami korosi. Korosi menimbulkan banyak kerugian karena mengurangi umur pakai berbagai barang atau bangunan yang menggunakan besi atau baja. Sebenarnya korosi dapat dicegah dengan mengubah besi menjadi baja tahan karat (stainless steel), akan tetapi proses ini terlalu mahal untuk kebanyakan penggunaan besi.
Korosi besi memerlukan oksigen dan air. Berbagai jenis logam contohnya Zink dan Magnesium dapat melindungi besi dari korosi.
• Kelimpahan besi di kulit bumi cukup besar,
• Pengolahannya relatif mudah dan murah, dan
• Besi mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan dan mudah dimodifikasi.
Salah satu kelemahan besi adalah mudah mengalami korosi. Korosi menimbulkan banyak kerugian karena mengurangi umur pakai berbagai barang atau bangunan yang menggunakan besi atau baja. Sebenarnya korosi dapat dicegah dengan mengubah besi menjadi baja tahan karat (stainless steel), akan tetapi proses ini terlalu mahal untuk kebanyakan penggunaan besi.
Korosi besi memerlukan oksigen dan air. Berbagai jenis logam contohnya Zink dan Magnesium dapat melindungi besi dari korosi.
2. Korosi
Korosi adalah kerusakan atau
degradasi logam akibat reaksiredoks antara suatu logam dengan berbagai zat
di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki.
Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh korosi yang paling
lazim adalah perkaratan besi.
Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami reduksi. Karat logam umumnya adalah berupa oksida atau karbonat. Rumus kimia karat besi adalah Fe2O3.nH2O, suatu zat padat yang berwarna coklat-merah.
Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi itu berlaku sebagai anode, di mana besi mengalami oksidasi.
Fe(s) <--> Fe2+(aq) + 2e
Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke bagian lain dari besi itu yang bertindak sebagai katode, di mana oksigen tereduksi .
O2(g) + 4H+(aq) + 4e <--> 2H2O(l)
atau
O2(g) + 2H2O(l) + 4e <--> 4OH-(aq)
Ion besi(II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion besi(III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, yaitu karat besi. Mengenai bagian mana dari besi itu yang bertindak sebagai anode dan bagian mana yang bertindak sebagai katode, bergantung pada berbagai faktor, misalnya zat pengotor, atau perbedaan rapatan logam itu.
Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi lain yang mengatakan bahwa korosi adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam dari bijih mineralnya. Contohnya, bijih mineral logam besi di alam bebas ada dalam bentuk senyawa besi oksida atau besi sulfida, setelah diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan besi yang digunakan untuk pembuatan baja atau baja paduan. Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan lingkungan yang menyebabkan korosi (kembali menjadi senyawa besi oksida).
Deret Volta dan hukum Nernst akan membantu untuk dapat mengetahui kemungkinan terjadinya korosi. Kecepatan korosi sangat tergantung pada banyak faktor, seperti ada atau tidaknya lapisan oksida, karena lapisan oksida dapat menghalangi beda potensial terhadap elektrodalainnya yang akan sangat berbeda bila masih bersih dari oksida.
Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami reduksi. Karat logam umumnya adalah berupa oksida atau karbonat. Rumus kimia karat besi adalah Fe2O3.nH2O, suatu zat padat yang berwarna coklat-merah.
Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi itu berlaku sebagai anode, di mana besi mengalami oksidasi.
Fe(s) <--> Fe2+(aq) + 2e
Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke bagian lain dari besi itu yang bertindak sebagai katode, di mana oksigen tereduksi .
O2(g) + 4H+(aq) + 4e <--> 2H2O(l)
atau
O2(g) + 2H2O(l) + 4e <--> 4OH-(aq)
Ion besi(II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion besi(III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, yaitu karat besi. Mengenai bagian mana dari besi itu yang bertindak sebagai anode dan bagian mana yang bertindak sebagai katode, bergantung pada berbagai faktor, misalnya zat pengotor, atau perbedaan rapatan logam itu.
Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi lain yang mengatakan bahwa korosi adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam dari bijih mineralnya. Contohnya, bijih mineral logam besi di alam bebas ada dalam bentuk senyawa besi oksida atau besi sulfida, setelah diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan besi yang digunakan untuk pembuatan baja atau baja paduan. Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan lingkungan yang menyebabkan korosi (kembali menjadi senyawa besi oksida).
Deret Volta dan hukum Nernst akan membantu untuk dapat mengetahui kemungkinan terjadinya korosi. Kecepatan korosi sangat tergantung pada banyak faktor, seperti ada atau tidaknya lapisan oksida, karena lapisan oksida dapat menghalangi beda potensial terhadap elektrodalainnya yang akan sangat berbeda bila masih bersih dari oksida.
B. Penyebab
korosi dan Pengendalian korosi
1. Penyebab korosi
Faktor yang berpengaruh
terhadap korosi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang berasal dari bahan itu
sendiri dan dari lingkungan. Faktor dari bahan meliputi kemurnian bahan,
struktur bahan, bentuk kristal, unsur-unsur kelumit yang ada dalam bahan,
teknik pencampuran bahan dan sebagainya.
Faktor dari lingkungan meliputi tingkat pencemaran udara, suhu, kelembaban, keberadaan zat-zat kimia yang bersifat korosif dan sebagainya. Bahan-bahan korosif (yang dapat menyebabkan korosi) terdiri atas asam, basa serta garam, baik dalam bentuk senyawa an-organik maupun organik.
Penguapan dan pelepasan bahan-bahan korosif ke udara dapat mempercepat proses korosi. Udara dalam ruangan yang terlalu asam atau basa dapat memeprcepat proses korosi peralatan elektronik yang ada dalam ruangan tersebut. Flour, hidrogen fluorida beserta persenyawaan-persenyawaannya dikenal sebagai bahan korosif. Dalam industri, bahan ini umumnya dipakai untuk sintesa bahan-bahan organik. Ammoniak (NH3) merupakan bahan kimia yang cukup banyak digunakan dalam kegiatan industri. Pada suhu dan tekanan normal, bahan ini berada dalam bentuk gas dan sangat mudah terlepas ke udara.
Faktor dari lingkungan meliputi tingkat pencemaran udara, suhu, kelembaban, keberadaan zat-zat kimia yang bersifat korosif dan sebagainya. Bahan-bahan korosif (yang dapat menyebabkan korosi) terdiri atas asam, basa serta garam, baik dalam bentuk senyawa an-organik maupun organik.
Penguapan dan pelepasan bahan-bahan korosif ke udara dapat mempercepat proses korosi. Udara dalam ruangan yang terlalu asam atau basa dapat memeprcepat proses korosi peralatan elektronik yang ada dalam ruangan tersebut. Flour, hidrogen fluorida beserta persenyawaan-persenyawaannya dikenal sebagai bahan korosif. Dalam industri, bahan ini umumnya dipakai untuk sintesa bahan-bahan organik. Ammoniak (NH3) merupakan bahan kimia yang cukup banyak digunakan dalam kegiatan industri. Pada suhu dan tekanan normal, bahan ini berada dalam bentuk gas dan sangat mudah terlepas ke udara.
2. Pengendalian korosi
Korosi
menimbulkan banyak kerugian karena mengurangi umur berbagai barang atau
bangunan yang menggunakan besi atau baja. Sebenarnya korosi dapat dicegah
dengan mengubah besi menjadi baja tahan karat (stainless steel). Akan tetapi,
proses ini terlalu mahal untuk kebanyakan penggunaan besi.
Korosi besi memerlukan oksigen dan air. Kemudian, kita ketahui bahwa berbagai jenis logam dapat melindungi besi terhadap korosi. Cara-cara pencegahan korosi besi yang akan dibahas berikut ini didasarkan pada dua sifat tersebut.
1. Mengecat. Jembatan, pagar dan railing biasanya dicat. Cat menghindarkan kontak besi dengan udara dan air.
2. Melumuri dengan oli atau gemuk. Cara ini diterapkan untuk berbagai perkakas dan mesin. Oli dan gemuk mencegah kontak besi dengan air.
3. Dibalut dengan plastik. Berbagai macam barang, misalnya rak piring dan keranjang sepeda dibalut dengan plastik. Plastik mencegah kontak besi dengan udara dan air.
4. Tin plating (pelapisan dengan timah).
Kaleng-kaleng kemasan terbuat dari besi yang dilapisi dengan timah. Pelapisan dilakukan secara elektrolisis, yang disebut electroplating. Timah tergolong logam yang tahan karat. Besi yang dilapisi timah tidak mengalami korosi karena tidak ada kontak dengan oksigen (udara) dan air. Akan tetapi, lapisan timah ada yang rusak, misalnya tergores, maka timah justru mendorong/mempercepat korosi besi. Hal itu terjadi karena potensial reduksi besi lebih negatif daripada timah. Oleh karena itu, besi yang dilapisi dengan timah akan membentuk suatu sel elekrokimia dengan besi sebagai anode. Dengan demikian, timah mendorong korosi besi. Akan tetapi, hal itu justru yang diharapkan, sehingga kaleng-kaleng bekas cepat hancur.
5. Galvanisasi (pelapisan dengan zink).
Pipa besi, tiang telpon, badan mobil, dan berbagai barang lain dilapisi dengan zink. Berbeda dengan timah, zink dapat melindungi besi dari korosi sekalipun lapisannya tidak utuh. Hal itu terjadi karena suatu mekanisme yang disebut dengan perlindungan katode. Oleh karena potensial reduksi besi lebih positif daripada zink, maka besi yang kontak dengan zink akan membentuk sel elekrokimia dengan besi sebagai katode. Dengan demikian, besi terlindungi dan zink yang mengalami oksidasi.
6. Cromium plating (pelapisan dengan kromium). Besi atau baja juga dapat dilapisi dengan kromium untuk memberi lapisan pelindung yang mengkilap, misalnya untuk bumper mobil. Cromium plating juga dilakukan dengan elektrolisis. Sama seperti zink, kromium dapat memberi perlindungan sekalipun lapisan kromium itu ada yang rusak
7. Sacrificial protection (pengorbanan anode).
Magnesium adalah logam yang jauh lebih aktif (berarti lebih mudah berkarat) daripada besi. Jika logam magnesium dikontakkan dengan besi, maka magnesium itu akan berkarat tetapi besi tidak. Cara ini digunakan untuk melindungi pipa baja yang ditanam dalam tanah atau badan kapal laut. Secara periodik, batang magnesium harus diganti.
Korosi besi memerlukan oksigen dan air. Kemudian, kita ketahui bahwa berbagai jenis logam dapat melindungi besi terhadap korosi. Cara-cara pencegahan korosi besi yang akan dibahas berikut ini didasarkan pada dua sifat tersebut.
1. Mengecat. Jembatan, pagar dan railing biasanya dicat. Cat menghindarkan kontak besi dengan udara dan air.
2. Melumuri dengan oli atau gemuk. Cara ini diterapkan untuk berbagai perkakas dan mesin. Oli dan gemuk mencegah kontak besi dengan air.
3. Dibalut dengan plastik. Berbagai macam barang, misalnya rak piring dan keranjang sepeda dibalut dengan plastik. Plastik mencegah kontak besi dengan udara dan air.
4. Tin plating (pelapisan dengan timah).
Kaleng-kaleng kemasan terbuat dari besi yang dilapisi dengan timah. Pelapisan dilakukan secara elektrolisis, yang disebut electroplating. Timah tergolong logam yang tahan karat. Besi yang dilapisi timah tidak mengalami korosi karena tidak ada kontak dengan oksigen (udara) dan air. Akan tetapi, lapisan timah ada yang rusak, misalnya tergores, maka timah justru mendorong/mempercepat korosi besi. Hal itu terjadi karena potensial reduksi besi lebih negatif daripada timah. Oleh karena itu, besi yang dilapisi dengan timah akan membentuk suatu sel elekrokimia dengan besi sebagai anode. Dengan demikian, timah mendorong korosi besi. Akan tetapi, hal itu justru yang diharapkan, sehingga kaleng-kaleng bekas cepat hancur.
5. Galvanisasi (pelapisan dengan zink).
Pipa besi, tiang telpon, badan mobil, dan berbagai barang lain dilapisi dengan zink. Berbeda dengan timah, zink dapat melindungi besi dari korosi sekalipun lapisannya tidak utuh. Hal itu terjadi karena suatu mekanisme yang disebut dengan perlindungan katode. Oleh karena potensial reduksi besi lebih positif daripada zink, maka besi yang kontak dengan zink akan membentuk sel elekrokimia dengan besi sebagai katode. Dengan demikian, besi terlindungi dan zink yang mengalami oksidasi.
6. Cromium plating (pelapisan dengan kromium). Besi atau baja juga dapat dilapisi dengan kromium untuk memberi lapisan pelindung yang mengkilap, misalnya untuk bumper mobil. Cromium plating juga dilakukan dengan elektrolisis. Sama seperti zink, kromium dapat memberi perlindungan sekalipun lapisan kromium itu ada yang rusak
7. Sacrificial protection (pengorbanan anode).
Magnesium adalah logam yang jauh lebih aktif (berarti lebih mudah berkarat) daripada besi. Jika logam magnesium dikontakkan dengan besi, maka magnesium itu akan berkarat tetapi besi tidak. Cara ini digunakan untuk melindungi pipa baja yang ditanam dalam tanah atau badan kapal laut. Secara periodik, batang magnesium harus diganti.
3 Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Korosi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi suatu logam
dapat terkorosi dan kecepatan laju korosi suatu logam. Suatu logam yang sama
belum tentu mengalami kasus korosi yang sama pula pada lingkungan yang berbeda.
Begitu juga dua logam pada kondisi lingkungan yang sama tetapi jenis
materialnya berbeda, belum tentu mengalami korosi yanga sama. Dari hal
tersebut, maka dapat dikatakan bahwa terdapat dua faktor yang dapat
mempengaruhi korosi suatu logam, yaitu faktor metalurgi dan faktor lingkungan.
1. Faktor Metalurgi
Faktor metalurgi adalah pada material itu
sendiri. Apakah suatu logam dapat tahan terhadap korosi, berapa kecepatan
korosi yang dapat terjadi pada suatu kondisi, jenis korosi apa yang paling
mudah terjadi, dan lingkungan apa yang dapat menyebabkan terkorosi, ditentukan
dari faktor metalurgi tersebut.
Yang termasuk dalam faktor metalurgi antara lain :
a. Jenis logam dan paduannya
Pada lingkungan tertentu, suatu logam dapat tahan tehadap korosi.Sebagai
contoh, aluminium dapat membentuk lapisan pasif pada lingkungan tanah dan air
biasa, sedangkan Fe, Zn, dan beberapa logam lainnya dapat dengan mudah
terkorosi.
b. Morfologi dan homogenitas
Bila suatu paduan memiliki elemen paduan yang tidak homogen, maka paduan
tersebut akan memiliki karakteristik ketahanan korosi yang berbeda-beda pada
tiap daerahnya.
c. Perlakuan panas
Logam yang di-heat treatment akan mengalami perubahan struktur kristal atau
perubahan fasa. Sebagai contoh perlakuan panas pada temperatur 500-800 0C
terhadap baja tahan karat akan menyebabkan terbentuknya endapan krom karbida
pada batas butir. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya korosi intergranular
pada baja tersebut. Selain itu, beberapa proses heat treatment menghasilkan
tegangan sisa. Bila tegangan sisa tesebut tidak dihilangkan, maka dapat memicu
terjadinya korosi retak tegang.
d. Sifat mampu fabrikasi dan pemesinan
Merupakan suatu kemampuan material untuk menghasilkan sifat yang baik setelah
proses fabrikasi dan pemesinan. Bila suatu logam setelah fabrikasi memiliki
tegangan sisa atau endapan inklusi maka memudahkan terjadinya retak.
2. Faktor Lingkungan
Faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi korosi antara lain:
a. Komposisi kimia
Ion-ion tertentu yang terlarut di dalam lingkungan
dapat mengakibakan jenis korosi yang berbeda-beda.Misalkan antara air laut dan
air tanah memiliki sifat korosif yang berbeda dimana air laut mengandung ion
klor yang sangat reaktif mengakibatkan korosi.Gambar berikut menunjukkan
pengaruh komposisi elemen paduan terhadap ketahan korosi terhadap paduan
tembaga.
b. Konsentrasi
Konsentrasi dari elektrolit atau kandungan oksigen
akan mempengaruhi kecepatan korosi yang terjadi. Pengaruh konsentrasi
elektrolit terlihat pada laju korosi yang berbeda dari besi yang tercelup dalam
H2SO4 encer atau pekat, dimana pada larutan encer, Fe akan mudah larut
dibandingkan dalam H2SO4 pekat. Pengaruh konsentrasi terhadap laju korosi dapat
dilihat pada gambar berikut.
Suatu logam yang berada pada
lingkungan dengan kandungan O2 yang berbeda akan terbagi menjadi dua bagian yaitu
katodik dan anodik. Daerah anodik terbentuk pada media dengan konsentrasi O2
yang rendah dan katodik terbentuk pada media dengan konsentrasi O2 yang tinggi.
c. Temperatur
Pada lingkungan temperatur tinggi, laju korosi yang
terjadi lebih tinggi dibandingkan dengan temperatur rendah, karena pada
temperatur tinggi kinetika reaksi kimia akan meningkat.
Gambar berikut menunjukkan pengaruh temperatur
terhadap laju korosi pada Fe. Semakin tinggi temperatur, maka laju korosi akan
semakin meningkat, namun menurunkan kelarutan oksigen. Sehingga pada suatu
sistem terbuka, diatas suhu 800C, laju korosi akan mengalami penurunan karena
oksigen akan keluar sedangkan pada suatu sistem tertutup, laju korosi akan
terus menigkat karena adanya oksigen yang terlarut.
d. Gas, cair atau padat
Kandungan kimia di
medium cair, gas atau padat berbeda-beda. Misalkan pada gas, bila lingkungan
mengandung gas asam, maka korosi akan mudah terjadi (contohnya pada pabrik
pupuk). Kecepatan dan penanganan korosi ketiga medium tersebut juga dapat
berbeda-beda.Untuk korosi di udara, proteksi katodik tidak dapat dilakukan,
sedangkan pada medium cair dan padat memungkinkan untuk dilakukan proteksi
katodik.
e. Kondisi
biologis
Mikroorganisme seperti bakteri
dan jamur dapat menyebabkan terjadinya korosi mikrobial terutama sekali pada
material yang terletak di tanah.Keberadaan mikroorganisme sangat mempengaruhi
konsentrasi oksigen yang mempengaruhi kecepatan korosi pada suatu material.
Mengapa larutan elektrolit dapat menghantarkan arus
listrik, sedangkan larutan nonelektrolit tidak dapat menghantarkan arus
listrik?Penjelasan tentang permasalahan di atas pertama kali dikemukakan oleh
Svante August Arrhenius (1859 – 1927) dari Swedia saat presentasi disertasi
PhD-nya di Universitas Uppsalatahun
1884.
Menurut Arrhenius, zat
elektrolit dalam larutannya akan terurai menjadi partikel-partikel yang berupa
atom atau gugus atom yang bermuatan listrik yang dinamakan ion. Ion yang
bermuatan positif disebut kation, dan ion yang bermuatan negatif dinamakan
anion.
Peristiwa terurainya suatu elektrolit menjadi
ion-ionnya disebut proses ionisasi. Ion-ion zat elektrolit tersebut selalu
bergerak bebas dan ion-ion inilah yang sebenarnya menghantarkan arus listrik
melalui larutannya.Sedangkan zat nonelektrolit ketika dilarutkan dalam air
tidak terurai menjadi ion-ion, tetapi tetap dalam bentuk molekul yang tidak
bermuatan listrik.
Hal inilah yang menyebabkan larutan nonelektrolit tidak dapat
menghantarkan listrik. Dari penjelasan di atas, maka dapat
disimpulkan:
1. Larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik karena zat
elektrolit dalam larutannya terurai menjadi ion-ion bermuatan listrik dan
ion-ion tersebut selalu bergerak bebas.
2. Larutan nonelektrolit tidak dapat menghantarkan arus listrik karena
zat nonelektrolit dalam larutannya tidak terurai menjadi ion-ion, tetapi tetap
dalam bentuk molekul yang tidak bermuatan listrik
BAB
III
PROSEDUR PRAKTIKUM
PROSEDUR PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
8 buah paku
8 buah gelas aqua plastik
Air Biasa
Larutan cuka
Karet
gelang
B. Langka
kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Siapkan tabel hasil
pengamatan seperti berikut.
|
Identitas Aqua gelas
|
Perubahan yang terjadi
|
|
A
|
Hari ke-1:
Hari ke-2:
Hari ke-3:
Hari ke-4
Hari ke-5:
Hari ke-6:
Hari ke-7:
|
|
B
|
|
|
Dst
|
3. Beri
identitas aqua gelas tersebut dari A-F
4. PENGKONDISIAN OBJEK :
|
Label
gelas
|
Pengkondisian
|
|
A
|
Paku diletakkan di dalam gelas
terbuka (tanpa air)
|
|
B
|
Paku diletakkan di dalam gelas
terbuka berisi air dan paku dibiarkan tenggelam sepenuhnya.
|
|
C
|
Paku diletakkan di dalam gelas
terbuka berisi air, tetapi posisi paku diatur sedemikian rupa sehingga paku
hanya terendam sebagian.
|
|
D
|
Paku diletakkan dalam gelas
terbuka berisi larutan cuka (CH3COO), dan paku dibiarkan dalam
keadaan tenggelam
|
|
E
|
Paku diletakkan dalam gelas kosong
yang tertutup
|
|
F
|
Paku diletakkan dalam gelas
tertutup berisi air dan paku dibiarkan tenggelam.
|
|
G
|
Paku diletakkan dalam gelas
tertutup berisi air, akan tetapi posisi paku diatur sedemikian rupa sehingga
paku hanya terendam sebagian.
|
|
H
|
Paku diletakkan dalam gelas
tertutup berisi larutan cuka (CH3COO).
|
Pengamatan
dilakukan pada tanggal 21 oktober
2015
sampai 27 oktober
2015.
BABIV
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Dari pengamatan yang kami lakukan kami memperoleh hasil
sbb.
|
Identitas
Gelas
|
Perubahan yang Terjadi
|
|
A
|
Hari ke-1: belum terjadi perkaratan
Hari ke-2: belum terjadi perkaratan
Hari ke-3: belum terjadi perkaratan
Hari ke-4: belum terjadi perkaratan
Hari ke-5: belum terjadi perkaratan
Hari ke-6: belum terjadi perkaratan
Hari
ke-7: belum terjadi perkaratan
|
|
B
|
Hari ke-1: belum terjadi perkaratan
Hari ke-2: sudah mulai timbul titik-titik karat
Hari ke-3: titik-titik karat semakin banyak
Hari ke-4: semakin banyak timbul titik-titik karat
Hari ke-5: semakin banyak timbul titik-titik karat
Hari ke-6: bertambah banyak titik-titik karat
Hari
ke-7: bertambah banyak titik-titik karat
|
|
C
|
Hari ke-1: belum terjadi perkaratan
Hari ke-2: di ujung paku mulai timbul titik karat
Hari ke-3: di ujung paku semakin banyak titik-titik
karat
Hari ke-4: perkaratn semakin banyak
Hari ke-5: perkaratn semakin banyak
Hari ke-6: bukan hanya di ujug paku saja terjadi tapi
seluruh bagian paku
Hari
ke-7: bawah paku tambah banyak tpi di atas tidak ada
|
|
D
|
Hari ke-1: paku sudah berubah menjadi warna hitam
Hari ke-2: warna paku semakn menghitam
Hari ke-3: warna paku semakin hitam
Hari ke-4: paku semakin menghitam
Hari ke-5: paku semakin menghitam
Hari ke-6: paku berubah hitam dan air berwarna coklat
Hari
ke-7: berwarna hitam dan sedikit berkarat
|
|
E
|
Hari ke-1: belum terjadi perkaratan
Hari ke-2: belum terjadi perkaratan
Hari ke-3: belum terjadi perkaratan
Hari ke-4: hanya sedikit titik-titik karat
Hari ke-5: hanya sedikit titik-titik karat
Hari ke-6: hanya sedikit titik-titik karat
Hari
ke-7: hanya sedikit titik-titik karat
|
|
F
|
Hari ke-1: belum terjadi perkaratan
Hari ke-2: belum timbul titik karat
Hari ke-3: titik-tik karat semakin banyak
Hari ke-4: semakin banyak titik karat pada paku
Hari ke-5: semakin banyak titik karat pada paku
Hari ke-6: karat bertambah banyak
Hari ke-7: di bagian atas paku bertambah banyak
|
|
g
|
Hari ke-1: belum terjadi perkaratan
Hari ke-2: di ujung bawah paku sedikit berkarat
Hari ke-3: titik karat semakin banyak
Hari ke-4: perkaratan di bagian bawah paku kecuali
atas
Hari ke-5: perkaratan di bagian bawah paku kecuali
atas
Hari ke-6: perkaratan bertambah banyak
Hari ke-7: hanya setengah paku saja yang yang
berkarat
|
|
h
|
Hari ke-1: paku sudah berubah menjadi warna hitam
Hari ke-2: warna paku semakin hitam
Hari ke-3: warna paku semakin menghitam
Hari ke-4: paku semakin mengkitam
Hari ke-5: paku semakin hitam
Hari ke-6: paku semakin hitam dan berkarat
Hari ke-7: berwarna hitam
|
B. Pembahasan
Dari hasil pengamatan tersebut, kita memberikan 4
perlakuan beda pada paku yaitu paku yang diberi air biasa,pemberian
air cuka pada paku dan
yang tidak di beri air tersebut serta 2 perlakuan berbeda
pada aqua gelas yaitu aqua gelas tertutup dan tidak tertutup.
Dari hasil pengamatan selama 7 hari
kami mendapati bahwa pada medium aqua terbuka pada paku A (tanpa air) tidak
terjadi korosi, pada paku B (air biasa) terjadi korosi secara menyeluruh pada
paku dan membuat air pada paku tersebut berubah warnanya menjadi kuning ,pada
paku C() terjadi korosi dan membuat air pada paku tersebut berubah warnanya
menjadi kuning, Kami juga melakukan pangamatan pada medium aqua gelas tertutup
dan kami mendapati bahwa paku D(tanpa air) tidak terjadi korosi sedikitpun
dalam 6 hari pengamatan, pada paku E( )
terjadi korosi secara keseluruhan dan membuat air pada paku tersebut berubah
warnanya menjadi kuning serta terjadi penguapan, sedangkan pada paku
F(air cuka) CH3COOH terjadi korosi secara keseluruhan dengan keadaan paling
cepat terjadinya korosi di bandingkan dengan keadaan lain tetapi paku berwarna
hitam. Hal ini di karenakan asam lebih cepat menyebabkan korosi.
Setelah di bandingkan ternyata secara keseluruhan paku
yang tidak terkena air tidak mengalami korosi. Perbedaan juga terjadi
antara paku di air biasa/ air panas / air garam dengan paku di air
cuka.
Korosi yang terjadi pada paku yang diletakkan di air biasa/
air panas / air garam berwarna kuning dan air juga berubah menjadi
kuning, karena korosi tersebut terjadi oleh oksodasi oksigen. sedangkan korosi
yang terjadi pada paku yang diletakkan di air cuka berwarna hitam,
korosi tersebut terjadi karena asam pada cuka.
Soal :
1.
Paku
pada gambar berapa manakah yang Palingcepat mengalami korosi jelaskan ?
2.
Zat
yang menyebabkan terjadinya korosi ?
3.
Bagaimana
pengauh tingkat keasaman terhadap korosi ?
4.
Tuliskan
persamaan reaksi pada peristiwa korosi ?
5.
Megapa
logam alumunium lebih mudah berkarat dibandingkan besi ?
BAB V
MENJAWAB PERTANYAAN
MENJAWAB PERTANYAAN
2. Jawab : ΓΌ Udara
– O2 : Korosi terjadi lebih mudah jika suatu logam berekasi
dengan udara disekitarnya, jadikorosi akan lebih cepat terjadi jika oksigen
bereaksidengan mengoksidasi logam tertentu yang cukup reaktif, seperti besi (Fe).
Air –
H2O : Korosi juga akan terjadi jika pereduksinyaadalah air (H2O)
, sehingga jika lebih mudah suatu logam cukup reaktif jika telah berinteraksi
dengan air (O2 )
Jenis
Pereduksi : tidak semua pereduksi mampu menyebabkan korosi, contohnya HCl, dan
larutan lainya dari asam halida.
Jenis
Logam : Logam yang sangat reaktif dapat mencegah logam lain untuk bereduksi
sehingga kejadian korosi dapat dicegah.
BAB VI
PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pratikum tersebut saya dapat menyimpulkan bahwa
paku yang tidak mengalami korosi terjadi pada paku A dan D(paku terbuka tanpa
air dan paku tertutup tanpa air) hal ini bisa terjadi karena tidak
ada kontak langsung antara oksigen dan air serta plastik merupakan pencegahan
agar tidak terjadi korosi.
Kemudian dari praktek tersebut di benarkan bahwa salah satu faktor korosi adanya kontak antara udara dan air.Agar tidak terjadi korosi pada besi jangan sampai besi terkontaminasi dengan air atau larutan yang dapat menyebabkan oksidasi sehingga besi dapat berkarat. Jika kita menghindarkan besi dari air, maka besi tidak dapat bereaksi dengan oksigen yang dapat membuatnya berkarat.
Kemudian dari praktek tersebut di benarkan bahwa salah satu faktor korosi adanya kontak antara udara dan air.Agar tidak terjadi korosi pada besi jangan sampai besi terkontaminasi dengan air atau larutan yang dapat menyebabkan oksidasi sehingga besi dapat berkarat. Jika kita menghindarkan besi dari air, maka besi tidak dapat bereaksi dengan oksigen yang dapat membuatnya berkarat.
Faktor-Faktor Yang
Menyebabkan Korosi Adalah
A) Air
B) Oksigen
A) Air
B) Oksigen
Faktor-Faktor
Yang Dapat Mempercepat Terjadinya Korosi
A) Elektrolit
B) Permukaan Besi
A) Elektrolit
B) Permukaan Besi
Cara Mengatasi Korosi Adalah
A) Sacrificial Protection (Pengorbanan Anode)
B) Cromium Plating (Pelapisan Dengan Kromium)
C) Galvanisasi (Pelapisan Dengan Zink)
D) Tin Plating (Pelapisan Dengan Timah)
E) Dibalut Dengan Plastic
F) Melumuri Dengan Oli Atau Minyak
G) Dicat
A) Sacrificial Protection (Pengorbanan Anode)
B) Cromium Plating (Pelapisan Dengan Kromium)
C) Galvanisasi (Pelapisan Dengan Zink)
D) Tin Plating (Pelapisan Dengan Timah)
E) Dibalut Dengan Plastic
F) Melumuri Dengan Oli Atau Minyak
G) Dicat
B. Saran
Setiap melakukan praktikum
diharapkan untuk dapat memperhatikan prosedur kerja serta memperhatikan
keselamatan kerja. Selain itu, diusahakan untuk memperbanyak referensi guna memudahkan
kita baik dalam melakukan praktikum maupun dalam penyusunan laporan praktikum.
DAFTAR
PUSTAKA
Purba,Michael.2007.Kimia Untuk
SMA Kelas XII.Jakarta: Erlangga
Lampiran
Hari
1 :
Gelas label A Gelas label B Gelas
label C
Gelas label D Gelas
label E Gelas label F
Gelas label G Gelas
label H
Hari
2 :
Hari ke 3 :
Hari ke 4 dan 5 :
Hari ke 6 dan 7 :